Sabtu, 07 September 2013

Dalam keheningan

Terlambat menyadari bahwa kini raga ini terlalu rapuh untuk lagi berdiri sendiri. Seolah dunia enggan untuk berbagi tawa dalam keheningan jiwa yang semakin luka. Ribuan kumbang terbang dengan hasrat untuk temukan kebahagiaan. Malam menjadi harapan agar ia mampu untuk melupakan  setiap detik keindahan yang mengerikan. Denting piano menambah ngeri dalam sepi yang dilalui. Memang kini semuanya seolah menghujat. Menyimpan dendam dalam senyum yang dilontarkan. Menusuk raga yang semakin merapuh termakan jaman. Lirih. Sendu. Bahkan benar-benar derita. Tak lagi ada sebuah tawa atau sekedar senyum bahagia. Air mata yang kini tersisa. Tanpa suka dan ungkapan pena. 
Pernah terbayang untuk hentikan langkah. Namun tak lagi terlintas ketika wajah lepas mereka teringat dalam kenangan. Betapa senyum bahagia itu terukir meski liku kesakitan masih membekas tajam. Namun cerita belum berakhir dalam bahagia. Atau inikah cara-Nya untuk menyimpan C diantara B dan D. Tak mudah memang untuk dijalani namun selalu ada sesuatu yang pada akhirnya menjadi pasti.
Senyap malam memberi kesempatan untuk kembali mengulang. Setiap detik terlewati yang tak lagi indah untuk dilewati. Menata harapan dalam kesendirian dan keyakinan yang terkadang memaksa untuk pergi. Tidak semua berjalan sesuai irama yang terdata dalam sebuah pola. Serpihan luka yang entah mengapa hadir dimana seharusnya kebulatan tekad yang memaksa dunia untuk tunduk padanya. 
Senyum tak lagi menjadi jawaban bahwa itu bahagia. Senyum tak lagi tunjukan bahwa dunia tak ajarnya derita. Dalam segala batasan yang ada untuk senantiasa syukur dalam do'a, tersimpan harap untuk menyapa dunia dengan sedikit tawa. Hingga akhirnya, penguasaan akan diri yang terjajah ini harus dikuatkan dalam kepasrahan pada Sang Pencipta. Karena bahagia bukan untukku atau untuknya. Tapi untuk setiap insan yang berjuang untuk menggapainya ~

Selasa, 03 September 2013

Hai Jamrud!

Nah, edisi ini gue pengen cerita tentang si jamrud. Ada yang kenal mereka? Yakin tau? Bukan bukan itu. Ini bukan tentang Jamrud yang merupakan nama salah satu band di Indonesia broh!
Kata Jamrud ini gue temuin pas gue mau mampir ke kota tetangga (read: Cilegon) and as usually di bis selalu ada pengamen-pengamen kece yang mungkin buat sebagian orang mereka itu bikin bete. Tapi gue pribadi sih -entah kenapa- suka banget sama yang namanya pengamen. Apalagi kalo udah bawain lagunya almarhum Chrisye, Koes Plus sama bang Iwan falssss, aduh langsung deh terenyuh hati kecil gue dan menikmati setiap detik yang berlalu di bis itu dengan sangat nyaman, hahaha.
Back to the topic, Jamrud yang gue maksud disini adalah dua orang pengamen cowok yang kira-kira umurnya 23-25 tahunan yang menamakan diri mereka Jamaludin dan Mahmud alias Jamrud tadi :D At the time, gue lagi bete banggets dan unmood buat melakukan aktivitas seperti biasanya. Tapi, setelah naek bis dan ada si jamrud ini gue ngerasa kehibur dan seneeeng gitu. Aduh gue sih emang kadang alay yah, tapi gue juga orang yang sangat menghargai usaha orang lain yaw, apalagi gue lebih bangga sama pengamen dibanding pengemis yang masang muka melas sok sedih dan mengharap belas kasihan orang lain. No no nooo. So, buat Jamrud, sekalipun kalian 'hanya' pengamen untuk sebagian orang tapi buat gue soh you are my idol ya seengaknya untuk menghibur kepenatan hati dan pikiran apalagi ditemani lagunya bang Iwan fals 'Izinkan Aku Manyayangimu' Cielaaaah, mantapsss :D