Selasa, 30 Juli 2013

Untukmu

tak banyak yang kutahu
selain nyata bahwa aku merindu
tak banyak yang kupahami
selain nyata bahwa aku menyepi
hilangmu kala itu
memberi arti yang tak kunantikan
sepimu kala itu
memberi rasa yang tak kuharapkan
namun bodohku
rindu tak mengenal waktu
sayang tak menyapa bayang
dan cinta tak melihat siapa
rasa ini berbeda
tak ingin disapa secara biasa
mungkin ini cinta
namun kadang kurasa tak ada
cinta itu tak sirna
tapi tak juga selalu kurasa
serpihan rindu kadang menyapa
kapankah kita akan berjumpa?
namun mata bukanlah rasa
karena hati yang berbicara.
lantunan nada yang indah mengisi hari
bertanya apakah rasa ini hanya mimpi
atau kau memang untuk kumiliki.
bukan sedih jika kelak kau pergi
karena kutahu Tuhan yang menguasai
hanya satu yang kuyakini
bahwa ada bahagia ketika kau disisi.

Hidup ini perlu resolusi

Sebagai manusia biasa, yang terlahir dari keluarga sederhana, mimpi untuk hidup berharta dan bertahta kadang hanya bayangan semu. namun pengalaman mengatakan sebaliknya. justru karena kurangnya harta dan tahta itulah seseorang akan menggapi potensi untuk meraih mimpi. tak banyak orang yang mengerti bahwa hidup bukanlah aliran air yang berjalan mulus dan tenang. hidup adalah perjuangan untuk menggapai semua impian. dalam kehidupan banyak hal yang harus diperhatikan, dikerjakan, dipertahankan dan bahkan ditinggalkan. hidup bukanlah keindahan yang terpancar di balik layar televisi. hidup adalah kenyataan yang harus dihadapi. hidup juga adalah seni yang dipenuhi ilusi dan dialiri sentuhan sentuhan lembut Sang Illahi.
banyak tantangan menghadang maka kita harus memiliki banyak taktik untuk melawan. hidup ini memerlukan resolusi yang akan membantu untuk mewujudkan mimpi. bahagia bukanlah mimpi namun kadang ia lahir dari mimpi itu sendiri dan akhirnya berkembang menjadi sebuah hidup yang pasti.
Lambat usia yang semakin menipis, disadari bahwa waktu bukanlah uang. tapi jika mengabaikannya tanpa arti maka  semua akan mati. Resolusi yang mengikat tak akan pupus terbawa sepi. dia akan bertahan di atas benda mati yang menanti untuk bangkit kembali. catatlah resolusi dan buatlah itu seindah komedi yang selalu mewarnai waktu di alunan hari-hari yang kadang keji. berusahalah sebaik mampu yang ada, jangan menyerah ketika  dunia mencela. terjang semua badai memaki dan tunjukan bahwa mimpi itu meninggi. menyapa bulan yang menerangi malam, memeluk matahari yang meluluhkan setiap organ dan merampok bintang yang mengisi kegelapan. resolusikan bahagia itu. catat. hayati. tekadkan. wujudkan. selamat sukses untuk yang memiliki resolusi dan selamat berjuang untuk mewujudkan resolusi ini.

saya bukan politisi!

Saya hanyalah mahasiswa jurusan perikanan di salah satu universitas 'negeri' di provinsi muda itu. saya tak pernah menyangka menjadi bagian dari dunia itu. dunia yang penuh teka teki yang harus di teliti. dari waktu ke waktu mulai mengerti. dari tiap langkah yang saya ayunkan akhirnya saya memahami. tapi tolong ingat, saya bukan politisi!
mungkin saya memang suka mengkritisi tapi ingat saya bukan politisi!
mungkin saya sering memprovokasi tapi ingat saya bukan politisi!
beberapa orang menganggap saya seseorang yang harus 'dihindari'
tapi pernahkah kaki ini saya tancapkan di lapangan untuk mencaci petinggi?
pernahkan saya berteriak lantang memaki para pemimpin yang tidak mengadili?
tidak! saya tidak pernah melakukan itu!
saya hanya mampu bersua melalui kata yang kadang terasa mati.
tak dianggap.
tak dilihat.
kadang saya memang membenci sang dewi yang membuat petani mati.
dan kadang saya membenci mereka yang hanya bisa mencaci.
lalu siapakah saya? 
saya hanya seorang yang kecil,
saya hanya menyampaikan pandangan-pandangan saya sebagai seorang yang belajar,
belajar untuk mengerti bahwa hidup ini penuh iri,
bahwa hidup ini penuh mimpi 
dan hidup ini penuh misteri.
tapi tolong ingat, saya buka politisi!
saya hanya ingin memperbaiki
tanpa menggurui
tanpa mencaci dan memaki
namun juga tidak mengkhianati.

sekilas hidup

Banyak orang yang menganggap saya 'aneh'. saya adalah seseorang yang ambisius. saya selalu merencanakan kegiatan-kegiatan tertentu dengan cukup baik. tapi entah kenapa H-1 dari kegiatan yang akan saya laksanakan, terkadang saya harus pergi dan mewakilkan kegiatan tersebut kepada teman yang lain. banyak yang berfikir bahwa saya labil dan mungkin tidak bertanggung jawab. padahal tanpa mereka ketahui saya memiliki tanggung jawab yang cukup tinggi karenanya saya meninggalkan kegiatan tersebut. mana tanggung jawabnya? saya tanggung jawab terhadap keluarga-keluarga saya. saya sadar saya sangat menyukai organisasi dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya yang menyita cukup banyak pikiran, energi dan waktu. tapi ketika keluarga meminta untuk segera hadir, seberapa penting pun acara itu dengan sangat terpaksa harus saya tinggalkan. mengapa? karena saya adalah perantau yang tidak memiliki banyak waktu bersama keluarga. bahkan di saat libur pun saya masih berkutat bersama 'kehidupan' saya di tanah rantauan. banyak orang yang berfikir bahwa saya terkesan manja karena selalu pulang, tanpa mereka tahu bahwa keluarga saya gak vcuma satu! keluarga besar saya di Bogor, tapi keluarga-keluarga kecil di Cilegon dan Tangerang tetap harus diperhatikan dan saya harus menjalankan tugas mereka jika sudah diamanatkan. hal-hal yang saya kerjakan memang terkesan tidak memberikan manfaat apa-apa. banyak orang yang mencibir dan mungkin menganggap saya hanya mencari perhatian. padahal toh ya sudah naluri, setiap ada bencana saya selalu posting kepada teman-teman untuk membantu korban bencana meskipun kadang pada akhirnya saya bingung harus menanggapi respon positif mengenai postingan tersebut. maksudnya? jadi pernah suatu ketika saya meminta teman untuk mengumpulkan pakaian layak pakai dan ala kadarnya untuk korban bencana di suatu tempat bencana. beberapa hari kemudia seseorang mengabari saya bahwa dia mendapat cukup banyak pakaian layak pakaian dan uang dari hasil mengumpulkan dari orang-orang terdekat. tapi hingga 2 minggu ke depan barang-barang amanat tersebut belum dapat saya ambil, kenapa? karena jumlahnya cukup banyak dan sedihnya pada waktu itu tak ada teman yang ingin membantu. itu merupakan cobaan dan tantangan tertentu bagi saya. namun ketika semua tantangan itu terlewati dan tujuan telah tercapai, rasa bahasgia di dalam hati tak terbendung lagi. bersyukur kepada Yang Maha Kuasa masih menunjukkan orang-orang yang peduli terhadap sesama meski sedikit dan cukup sulit. semoga semua usaha untuk mencapai ridho-Nya mendapat berkah -Nya :)

NB: maaf untuk mereka yang pernah saya repotkan :)

Kamis, 25 Juli 2013

Kisah Jalanan ~

~ Di jalanan bukanlah pelarian, di jalanan adalah kehidupan.~
sebait lagu itulah yang sempat saya rekam di dalam ingatan ketika saya menumpangi angkutan umum kalideres-labuan. dua orang pengamen kisaran usia 15 tahun menyanyikan beberapa lagu karya Iwan Fals dan lagu karya mereka sendiri. dengan kelihaian menyusun kata-kata untuk menarik simpati para penumpang, mereka menyodorkan plastik bekas dengan harapan ada beberapa receh yang akan diberikan sekedar untuk nanti memebli makan #katanya. fenomena banyaknya anak jalanan memang tidak bisa dihilangkan begitu saja. ketidak merataan pendidikan dan alokasi dana yang seharusnya menjadi hak orang-orang menengah ke bawah menjadi salah banyak penyebab maraknya anak jalanan di Indonesia. Memang tak salah menjadi pengamen jika dibandingkan dengan pengemis yang hanya mengharapkan rasa kasihan dari orang-orang di jalan. namun bukankah alangkah lebih baik jika sebagai generasi penerus bangsa ini diberikan pelayanan kehidupan yang baik, dipenuhi setiap hak-hak mereka sebagai seorang anak. banyak anak jalanan yang usianya dibawah angka 10, bahkan balita. kenapa? karena mungkin rasa empati seseorang terhadap anak-anak jalanan versi balita akan jauh lebih besar dibandingkan dengan anak jalanan pada umumnya. tapi haruskah ini semua dibanggakan? haruskah hak bermain dan bahagia anak-anak itu diraih di jalanan? kehidupan di jalanan bukanlah kehidupan yang mudah untuk di jalani. kerasnya jalanan terkadang memaksa anak-anak jalanan untuk bertindak kriminal. mungkin terkadang kita melihat mereka tertawa atau terkesan bahagia, tapi selayaknya seorang anak mereka merindukan indahnya bermain, belajar, dan hangatnya keluarga dalam kalungan rumah meski sederhana. semoga ke depannya, anak jalanan di Indonesia akan semakin berkurang bahkan hilang dalam radar kehidupan. Semoga cita sukses mereka tercapai untuk kehidupan yang lebih baik lagi :)

Rabu, 24 Juli 2013

Sendiri ~

Sendiri itu tenang, sendiri itu tentram, sendiri juga membuatku merasa nyaman saatku merasa gelisah. Mungkin karena aku adalah orang yang menikmati kesendirian, karena  dalam sehari pun aku membutuhkan waktu untuk sendiri. Namun tak banyak dari setiap orang lebih memilih sendiri ketika sedang merasakan sedih. Mereka membutuhkan teman untuk menghiburnya. Dalam pikirnya sendiri itu menjadi sesuatu yang sangat menyakitkan. Sebenarnya tanpa dipungkiri adakalanya aku sendiri sangat membutuhkan teman untuk bersandar, membutuhkan tuhan sebagai tempatku mengadu, membutuhkan sahabat hati untuk berbagi kasih, karena sebagai manusia aku pasti memiliki hati yang bisa merasakan benci, cinta, suka, duka, senang, sedih dan apapun yang terasa didalam hati ini. Semuanya terasa seperti mempermainkan nurani yang dulu suci. Nurani yang selalu memberikan ketenangan ketika sepenuhnya tunduk kepada-Nya. Menjadikan pengukuh hati ketika berada pada titik lemah.
Sendiri dalam arti mencari, mencari jati diri yang sebenarnya. Mencari letak kebenaran didalam jiwa ini. Lakukan saja yang terbaik dalam hidup, maka akan dapatkan yang terbaik. Sebuah pesan yang terdengar dari dalam hati. Dan Sampai saat ini aku masih mencari apa makna dari kata sendiri. Sendiri adalah awal dari hidupku, dalam rahim seorang ibu aku sendiri, terlahir dan mungkin menangisi takdir sampai nanti hingga kematian mengantarkanku kepada kehidupan yang kekal. Dalam kubur pun aku sendiri menyesali kesalahan selama hidup. Tak ada yang bisa menolong selain amal ibadahku. Sendiri diantara mereka yang selalu bicarakan kilauan dunia, aku muak dengan kalimat indah yang tedengar dari mulut mereka. Dengan bangganya mereka ceritakan tentang harta miliknya, padahal apalah arti semua yang kita miliki didunia ini, kalau pada akhirnya akhir dari hidup kita hanya sendiri di dalam kubur dengan bungkusan kain kafan. Siapa yang setia menemani ? kekasih sejati pun tak setia ketika kita berada pada dekapan kematian. Namun adakalanya kita membutuhkan kematian, untuk mengingatkan betapa pentingnya kehidupan.

-> postingan ini adalah titipan salah satu hamba Allah, penyair yang mampu menyimpan sejuta makna dibalik kata :)