Sabtu, 19 Oktober 2013

Pemimpin bukan Penguasa

"Bukan sekedar untuk berkuasa dan menguasai tapi untuk mensejahterakan rakyatnya" -Danhil-

Indonesia sebagai negara yang kaya sumber daya alam ini kini sedang mengalami krisis pemimpin yang sejatinya benar-benar pemimpin. Pemimpin yang berjuang untuk kepentingan rakyat sesuai apa yang mereka teriakan dalam masa kampanye. Pemimpin yang adil, jujur, amanah dan bertanggung jawab atas amanah yang disematkan kepadanya. Dan juga pemimpin yang bisa membedakan urusan pribadi dan kepentingan umum sebagai tugas utamanya. Tulisan ini sebenarnya hanyalah sebuah opini atau pandangan saya pribadi terhadap apa yang saya rasakan dan apa yang saya lihat di lingkungan sekitar. Petikan kalimat yang saya 'colong' itulah yang sebenarnya menarik saya untuk menuangkan pendapat saya. Kalimat tersebut terdengar sederhana namun sebenarnya syarat makna. Kalimat tersebut saya dengar dalam sebuah acara debat walikota Kota Serang beberapa bulan lalu. Ya, ini adalah catatan lama yang sempat tertunda karena beberapa masalah pribadi. Saya sangat setuju dengan kalimat yang disampaikan salah satu dosen di Untirta tersebut bahwasanya seseorang yang 'mengajukan diri' untuk menjadi penguasa tidak boleh bertujuan sekedar berkuasa dan menguasai tanah yang kaya ini, tapi juga untuk mensejahterakan rakyat. Dewasa ini banyak sekali 'pemimpin' namun berkuasa penuh atas wilayahnya. Dia mencoba menguasai wilayah tersebut dan memperkaya dirinya namun tidak memperhatikan rakyat yang seharusnya disejahterakannya. Banyak hal yang dapat membuktikan hal tersebut terutama wilayah yang masih dalam naungan bupati seperti di kabupaten Serang, Pandeglang dan Lebak. Saya tahu bahasan awal adalah mengenai Walikota. Namun apa salahnya kita melihat keadaan kampung yang seolah tidak terjamah oleh teknologi yang kini sudah semakin modern. Sebutlah kampung eksodan di kecamatan Padarincang Kabupaten Serang. Di kampung tersebut jangankan internet, listrik pun belum menyebar rata. Taraf hidup masyarakatnya pun masih banyak yang berada di garis kemiskinan. Pemerintah seolah menutup mata meskipun telinga mereka mendengar derita rakyat. Pemimpin haruslah mengerti kondisi rakyatnya. Memimpin untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup mayarakat, tak lagi memimpin untuk menebalkan kantong pribadi dan kelompoknya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar