Laporan Praktikum Lapangan Ekologi Perairan
Senin,
07 November 2013
PRAKTIKUM
LAPANGAN TENTANG PERAIRAN TERGENANG
DI
WADUK CIWAKA KECAMATAN WALANTAKA KABUPATEN SERANG
Eneng
Shopiyyah Abdillah
(4443121432)
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2013
ABSTRAK
Status
ekologis perairan darat merupakan
kondisi yang menggambarkan
keseimbangan hubungan fungsional
antara komponen-komponen ekosistemnya yang mencakup komponen biotik dan abiotik.
Hubungan fungsional komponen
ekosistem perairan darat
dapat mengalami perubahan
tingkatan keseimbangan karena
adanya faktor luar seperti perubahan
penggunaan lahan di
daerah aliran sungai
(DAS) dan masuknya bahan-bahan
pencemar kedalam sistem perairan. Tujuan praktikum ini adalah
untuk mengidentifikasi kondisi perairan tergenang melalui parameter fisika,
kimia, dan biologi. Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui kondisi
perairan tergenang yaitu dengan menggunakan metode observasi atau praktikum
lapangan dengan mengambil sampel ke Waduk Ciwaka kabupaten Serang kemudian
menelitinya di laboratorium.
Kata
Kunci : Ekologi
Perairan, Perairan Tergenang, Waduk Ciwaka.
PENDAHULUAN
Ekologi perairan dapat
dibedakan menjadi dua karakter, yaitu perairan tergenang (lentik)
dan perairan mengalir (lotik). Perairan tergenang (lentik), khususnya
danau, mengalami stratifikasi secara vertikal akibat perbedaan intensitas
cahaya dan perbedaan suhu. Selain itu, danau juga tidak memiliki arus,sehingga residence
time-nya lebih lama. Perairan tergenang juga memiliki stratifikasi
kualitas air secara vertikal yang tergantung pada kedalaman dan musim.
Zonase perairan tergenang terbagi menjadi dua, yaitu zona benthos dan zona
kolom air. Berdasarkan tingkat kesuburannya, perairan tergenang dapat
dibedakan menjadi oligotrofik (miskin hara), meso trofik (haranya sedang),
dan eutrofik (kaya unsur hara) (Effendi, 2003). Danau atau situ merupakan satu
dari tipe perairan darat dengan ciri utama tergenang dalam waktu tinggal yang
lama, sehingga memungkinkan biota untuk hidup lebih lama dan berkembang.
Perbedaan proses pembentukan dan cirri fisiknya, memungkinkan perairan ini memiliki
parameter kimia yang beragam. (Lukman, 2007). Danau ciwaka
terletak di daerah Kecamatan Walantaka , Kota Serang-Banten. Danau ini memiliki
tempat budidaya ikan. Kondisi daripada
lingkungan disana masih terjaga dengan baik, namun disayangkan tempat ini masih
digunakan sebagai tempat untuk mandi cuci kakus (MCK). Danau ini biasa digunakan sebagai tempat
pengairan dan digunakan untuk menampung air saat terjadi kelebihan air / musim
penghujan sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada musim kering. Sumber air
waduk terutama berasal dari aliran permukaan ditambah dengan air hujan langsung
untuk wilayah Walantaka dan sekitarnya.
Praktikum ini bertujuan untuk mengkaji
dan mengidentifikasi karakteristik perairan tergenang dengan mengambil sampel
secara langsung di Waduk Ciwaka kemudian mengamati parameter fisika, kimia, dan biologi yang
terkandung di waduk tersebur di laborarotium.
METODOLOGI
Waktu
dan tempat
Penelitian ini
menggunakan metode observasi lapangan dan pengamatan skala laboratorium.
Observasi lapangan bertujuan untuk mengamati parameter fisika, kimia dan
biologi yang terdapat pada perairan tergenang tersebut serta untuk pengambilan
sampel mengenai bentos, perifiton dan plankton untuk diamati di laboratorium.
Pengambilan sampel dilaksanakan pada Sabtu, 5 Oktober 2013 pukul 07.00 s.d.
11.00 WIB di Waduk Ciwaka Kabupaten Serang Provinsi Banten. Untuk pengamatan
bentos, perifiton dan plankton dilaksanakan pada Jum’at, 11 Oktober 2013 pukul
07.30 s.d 09.15 WIB di Laboratorium Teknologi dan Penanganan Hasil Perairan
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Untirta.
Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan
saat pengambilan sampel di lapangan adalah seechi disk, transek kuadrat dari
paralon 1 m2, paralon berskala sepanjang 2 m, plastik kemasan, tali
rapia, kertas pH, kertas label, pisau, saringan kasar, saringan halus,
termometer, ember, botol film, dan spidol permanen. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah aquades dan alkohol 70%.
Untuk pengamatan di laboratorium alat yang digunakan adalah mikroskop,
pipet tetes, kaca objek, dan penggaris. Transek kuadrat digunakan untuk menentukan sampel wilayah yang akan
diamati. Cara penggunaannya adalah dengan mengapungkan transek kuadrat di
substasiun yang telah ditentukan. Secchi disk untuk mengukur
kecerahan air, cara penggunaannya ditenggelamkan ke dalam transek kuadrat
sampai tidak terlihat dari permukaan. Pipa paralon 3 inci untuk
mengukur kedalaman air dan mengambil substrat dan benthos. Cara
penggunaannya sedikit berbeda. Pada saat mengukur kedalaman, ujung pipa paralon
hanya menyentuh dasar, sementara pada saat pengambilan substrat dan
benthos, pipa dibenamkan hingga ada substrat yang masuk ke dalam paralon.
Pipa paralon 1 inci untuk membantu pengukuran dan memudahkan secchi
disk masuk ke dalam air, digunakan dengan cara memasukkan tali secchi
disk ke dalam paralon. Termometer untuk mengukur suhu. Cara penggunaannya
dengan mencelupkannya ke dalam air dan melihat skala tanpa mengeluarkannya dari
air. Botol film adalah tempat untuk meletakkan organisme kecil yang ditemukan (
plankton, perifiton, dan neuston ). Ember digunakan untuk mengambil sampel
air saat pengambilan plankton. Kertas label untuk menuliskan nama organisme
yang didapat. Cutter untuk memotong labeldan tali. Serok ikan untuk
menangkap nekton dan neuston. Kamera untuk mendokumentasikankegiatan praktikum.
Saringan untuk menangkap benthos. Caranya dengan menyaring
substrat-substrat yang di peroleh dari pipa paralon 3 inci. Spidol untuk
menulis di atas kertas label dan menentukan skala. Indikator pH untuk
mengukur pH air dengan cara mencelupkannya ke dalam air dan
membandingkananya dengan kertas pH.
Prosedur Kerja Pengambilan
Sampel di Lapangan
Pengambilan sampel di lapangan dilakukan
dalam tiga parameter, yaitu parameter fisika, kimia,dan biologi. Semua ini
dilakukan dengan cara yang berbeda dan menggunakan alat yang berbeda-beda.
Ditinjau dari parameter fisika, warna perairan ini dapat kita lihat dengan
visualisasi secara langsung. Kecerahannya dapat dilihat dengan memanfaatkan secchi
disc. Secchi disc ini dicelupkan ke dalam air dengan bantuan paralon
1 inch kemudian diamati hingga secchi ini tak lagi terlihat dari
permukaan (d1). Setelah itu secchi disc kembali ditarik
ke permukaan dan dilihat skalanya saat secchi disc sudah bisa
dilihat dari permukaan (d2). Kecerahan didapat dengan mencari nilai rata-rata
dari data yang diperoleh. Suhu dapat diukur dengan menggunakan termometer
yang dicelupkan ke dalam air. Sementara kedalaman perairan diukur dengan
menggunakan paralon ukuran 3 inch yang telah diberi skala. Paralon ini
dimasukkan ke dalam air hingga salah satu ujungnya menyentuh dasar perairan,
skala pada paralon itulah yang menunjukkan kedalaman air. Sementara
ditinjau dari parameter kimia, pH suatu perairan dapat diukur dengan
mencelupkan kertas indikator pH kemudian membandingkan warnanya dengan trayek
pH. Berbeda halnya dengan data terhadap parameter biologi, pengidentifikasian
benthos dilakukan dengan cara membenamkan paralon 3 inch ke dalam air hingga
substratnya masuk ke dalam paralon. Saat paralon itu diangkat dan
substratnya ditaruh di saringan kasar dan halus, kemudian dicari benthos pada
substrat itu. Perifiton dapat kita temukan pada batu atau substrat yang
terdapat dalam dasar perairan. Perifiton ini dapat kita ambil
dengan cara mengerik permukaan substrat itu, kemudianmemasukkannya pada botol
film. Sementara itu, neuston dapat kita ambil dengan serokan, begitu juga
dengan nekton. Bedanya, neuston dapat kita temukan dipermukaan air, sementara
nekton berada di dalam air. Plankton dapat kita temukan dengan menyaring
air dengan menggunakanember ukuran 10 liter sebanyak 10 kali ke dalam saringan.
Analisis Laboratorium dan Data
Di dalam laboratorium, kami menganalisi data
yang didapat dari lapangan. Data tersebut adalah mengenai kandungan plankton,
perifiton dan benthos yang ada di Waduk Ciwaka.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Parameter Fisika dan Kimia
Berdasarkan hasil praktikum lapangan diketahui bahwa
warna dari Waduk Ciwaka yaitu berwarna hijau. Parameter yang lain dilakukan di
3 subterminal. Tiap subterminal memiliki rata-rata suhu 300C, 280C
dan 280C dan memiliki kedalaman yang berbeda yaitu 0,75 m, 0,91 m, dan 0,93 m. Kecerahannya juga
berbeda yaitu cm, cm, dan cm. Tipe substatnya adalah lumpur lunak.
Sementara dari parameter kimia, didapatkan nilai pH untuk perairan Waduk Ciwaka
yaitu 7.
Tabel 1. Parameter Fisika-Kimia Ekosistem Perairan Tergenang Waduk
Ciwaka
Parameter
|
Unit
|
SubTerminal – 1
|
SubTerminal - 2
|
SubTerminal - 3
|
|
Fisika
|
Warna
|
-
|
hijau
|
Hijau-kecoklatan
|
Hijau-kecoklatan
|
Suhu
|
°C
|
30
|
28
|
28
|
|
Kedalaman
|
cm
|
75
|
91
|
101
|
|
Kecerahan
|
-
|
10
|
9
|
5
|
|
Tipe Substrat
|
-
|
Lumpur
|
Lumpur
|
Lumpur
|
|
Kimia
|
pH
|
ppt
|
7
|
7
|
7
|
a.
Warna
Dari data di
atas diketahui bahwa secara warna merupakan salah satu parameter fisika. Dari datadiperoleh bahwa warna
perairan di Waduk Ciwaka tidak berbeda antara subterminal 1 dengan yanglainnya.
Hal ini disebabkan pada perairan tergenang, substrat pada dasar perairan tidak
banyak yang larut dengan air. Selain itu jarak antara subterminal 1 dengan
yang lainnya cukup dekat.Warna perairan dipengaruhi oleh kedalaman. Biasanya, jenis substrat juga mempengaruhi
warna perairan. Dipinggir, biasanya berwarna gelap atau keruh, sedangkan
di daerah tengah lebih terang.Semakin dalam suatu perairan maka semakin pekat
warna perairan (E. P. Odum, 1971).
b.
Suhu
Selain warna,
suhu pada perairan ini juga tidak berbeda diakibatkan cahaya matahari
yangmerata pada permukaan sehingga suhu pada terminal itu secara horizontal
sama. Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di
dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan
mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan. Pada perairan
yang tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal 1,5 meter biasanya
akan terjadi pelapisan (stratifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena suhu
permukaanair lebih tinggi dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Stratifikasi suhu
pada kolom air dikelompokkan menjadi tiga yaitu pertama
lapisan epilimnion yaitu lapisan sebelah atas perairanyang hangat dengan penurunan
suhu relatif kecil (dari 30° C tetap 30° C). Lapisan keduadisebut dengan
lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat
tajam (dari30° C menjadi 28° C). Lapisan ketiga disebut lapisan hipolimnion yaitu
lapisan paling bawah di mana pada lapisan ini perbedaan suhu sangat kecil
relatif konstan.(Wibawa,2010)
c.
Kedalaman
Kedalaman
pada perairan ini semakin ke tengah semakin dalam, hal ini disebabkan oleh
dasar perairan yang landai. Menurut Hutabarat dan Evans (1985),
kedalaman perairan merupakan petunjuk keberadaan parameter oseanografi.
Intensitas cahaya matahari akan berkurang secara cepat dan akan menghilang pada kedalaman
tertentu, begitu pula temperatur dan kandungan oksigen terlarut semakin
berkurang pada kedalaman tertentu sampai dasar perairan.
d.
Kecerahan
Menurut
Odum (1971), kecerahan air adalah bentuk pencerminan daya tembus atau intensitascahaya
yang masuk dalam perairan. Kecerahan perairan juga dapat ditentukan karena
adanyafitoplankton atau tumbuhan air lainnya yang terdapat dalam perairan.
Kecerahan air dapat diukur apabila kedalaman tembus cahaya matahari
ke dalam kolam minimum 40 cm. Pengukuran kecerahan dapat digunakan
untuk menentukan besarnya produktifitas primer dalam perairan. Dari pengukuran
yang dilakukan dengan menggunakan Secchi disk ,maka perairan di Waduk
Ciwaka memiliki kecerahan yang cukup baik. Dari ketiga subterminal ini, yang
memliki kecerahan yang lebih baik adalah subterminal 1 karena pada saat itu
gerak kami belum terlalu banyak sehingga tidak terlalu menyebabkan kekeruhan.
e.
pH
Secara
parameter kimia, kita mengukur nilai pH dari periran Waduk Ciwaka. Dengan menggunakan
kertas indikator pH, kita mendapatkan nilai pH dari perairan ini adalah 7. pH merupakan parameter kimia yang menunjukan derajat keasaman dari suatu perairan dimana
biota air dapat hidup didalamnya, pH yang ideal berkisar antar 6,5-8,5
dimana setiap organisme air memiliki toleransi pH yang berbeda. Larutan atau
air dikatakan asam jika pH-nya< 7, dikatakan basa jika pH-nya > 7,
sedangkan jika pH-nya = 7 maka larutan tersebut dikatakanseimbang (Purba,
1994)..
2.
Parameter
Biologi
a.
Plankton
Dari
analisis di laboratorium, kami dapat mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang
terdapat pada sampel yang kami bawa dari perairan Waduk Ciwaka. Jenis plankton
yang ditemukan adalah Rhizoselenia.
b.
Benthos
Pada saat pengambilan sampel di
lapangan, kami menemukan benthos pada subterminal 1 berupa kijing dengan
panjang 7,5 cm dan lebar 3,4 cm. Bentos adalah organisme yang hidup di dasar laut atau sungai baik yang
menempel pada pasir maupun lumpur. Beberapa contoh bentos antara lain kerang, bulu babi, bintang laut,
cambuk laut, terumbu karang dan lain-lain. Hewan bentos hidup relatif menetap,
sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu
kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat
lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke
waktu. karena hewan bentos terus menerus terbawa oleh air yang kualitasnya
berubah-ubah. bentos juga dapat digunakan sebagai indikator
biologis dalam mempelajari ekosistem danau. (Suwondo, 2004). Kijing air tawar (Pilsbryoconcha exilis) adalah
salah satu kijing yang dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pangan dari hasil
perairan. Kijing ini banyak ditemukan di danau dan perairan tawar lainnya. Klasifikasi kijing (Pilsbryoconcha exilis)
Filum : Moluska
Kelas : Bivalvia (Pelecypoda)
Ordo : Eulamellibranchiata
Sub Ordo : Integripalliata
Famili : Unionidae
Genus : Pilsbryoconcha
Spesies : Pilsbryoconcha exilis
c.
Perifiton
Untuk parameter biologi perifiton
tidak ditemukan karena terjadi kesalahpahaman antara praktikan dan aslab.
Namun, untuk jenis perifiton yang umumnya berada pada perairan tergenang adalah
Navicula Sp, Cuspidothrix Sp, Triceratium
favus, Pleurosigma angulatum, Coscinodiscus Sp, Cocconeis Sp, dan Ditylum brightwellii.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum lapangan dan
pengamatan laboratorium yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Waduk
Ciwaka merupakan salah satu ekosistem perairan tergenang yang tergolong baik
karena mengandung plankton yang berguna sebagai katalisator rantai makanan, dan
juga parameter fisika, kimia dan parameter biologi yang lainnya yang berguna
untuk keberlangsungan biota yang ada di dalamnya.
SARAN
Untuk praktikum selanjutnya
diharapkan terjalin komunikasi yang baik antara praktikan dan asisten sehingga
tidak terjadi kesalahpahaman mengenai target yang hendak dicapai dalam
praktikum tersebut dan juga harus ada persiapan yang lebih matang lagi baik
mengenai pemahaman materi maupun penggunaan alat praktikum baik dari asisten
maupun dari praktikan itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Arfiati,
Diana. 2009. Strategi Peningkatan Kualitas
Sumberdaya pada Ekosistem Perairan
Tawar. Universitas Brawijaya :
Malang.
Brotowidjoyo,
M. D, Djoko T. dan Eko M. 1995. Pengantar
Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty: Yogyakarta.
Dewiyanti, Irma. 2012.
Keragaman jenis dan persen penutupan tumbuhan air di ekosistem Danau Laut Tawar, Takengon, Provinsi Aceh. Depik, 1(2):
125-130.
Manu, G., M. Baroleh,
A. Kambey, 2010, Studi Pitoplankton di danau Tondano Propinsi Sulawesi Utara,
Jurnal Perikanan dan kelautan Vol VI (1) : 13-17.
Panjaitan, P., 2009, Kajian Potensi Pencemaran Keramba Jaring
Apung PT. Aquafarm Nusantara di Ekosistem Perairan Danau Toba, VISI 17 (3) 290 – 300.
Priadie, B., 2012,
Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatif dalam Upaya Pengendalian Pencemaran
Air, Jurnal Ilmu Lingkungan Volume 10
(1): 38-48.
Rakhmanda, Andhika,
2011, Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta, Jurnal
Ekologi Perairan No. 1: 1-7.
Sulastri, Suryono,
T., Sudarso, Y., &
Rosidah, 2010, Pengembangan Kriteria Status Ekologis
Danau-Danau Kecil di Pulau Jawa, Limnotek 17 (1) : 58-70.
Syafei, Lenny S., 2005, Penebaran Ikan Untuk Pelestarian
Sumberdaya Perikanan [Fish
Restocking fo Sustaining
Fisheries Resources], Jurnal
Ikhtiologi Indonesia Vol. 5 No. 2.
Tinar Simanjutak, T., Nurdin,
S., & Yuliati, 2012, Jenis dan Kelimpahan Perifiton di Perairan Waduk PLTA
Koto Panjang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau, Vol 1:
1-11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar