Sabtu, 28 Desember 2013

Belajar : Jurnal Perairan Tergenang

Laporan Praktikum Lapangan Ekologi Perairan
                                                                        Senin, 07 November 2013

PRAKTIKUM LAPANGAN TENTANG PERAIRAN TERGENANG
DI WADUK CIWAKA KECAMATAN WALANTAKA KABUPATEN SERANG
Eneng Shopiyyah Abdillah
(4443121432)
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2013

ABSTRAK
Status  ekologis perairan  darat  merupakan  kondisi  yang  menggambarkan  keseimbangan  hubungan fungsional antara komponen-komponen ekosistemnya yang mencakup komponen biotik dan  abiotik.  Hubungan  fungsional  komponen  ekosistem  perairan  darat  dapat  mengalami  perubahan  tingkatan  keseimbangan   karena  adanya  faktor  luar  seperti  perubahan  penggunaan  lahan  di  daerah  aliran  sungai  (DAS)  dan masuknya  bahan-bahan  pencemar  kedalam  sistem perairan. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi perairan tergenang melalui parameter fisika, kimia, dan biologi. Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui kondisi perairan tergenang yaitu dengan menggunakan metode observasi atau praktikum lapangan dengan mengambil sampel ke Waduk Ciwaka kabupaten Serang kemudian menelitinya di laboratorium.
Kata Kunci : Ekologi Perairan, Perairan Tergenang, Waduk Ciwaka.

PENDAHULUAN
            Ekologi perairan dapat dibedakan menjadi dua karakter, yaitu perairan tergenang (lentik) dan perairan mengalir (lotik). Perairan tergenang (lentik), khususnya danau, mengalami stratifikasi secara vertikal akibat perbedaan intensitas cahaya dan perbedaan suhu. Selain itu, danau juga tidak memiliki arus,sehingga residence time-nya lebih lama. Perairan tergenang juga memiliki stratifikasi kualitas air secara vertikal yang tergantung pada kedalaman dan musim. Zonase perairan tergenang terbagi menjadi dua, yaitu zona benthos dan zona kolom air. Berdasarkan tingkat kesuburannya, perairan tergenang dapat dibedakan menjadi oligotrofik (miskin hara), meso trofik (haranya sedang), dan eutrofik (kaya unsur hara) (Effendi, 2003). Danau atau situ merupakan satu dari tipe perairan darat dengan ciri utama tergenang dalam waktu tinggal yang lama, sehingga memungkinkan biota untuk hidup lebih lama dan berkembang. Perbedaan proses pembentukan dan cirri fisiknya, memungkinkan perairan ini memiliki parameter kimia yang beragam. (Lukman, 2007). Danau ciwaka terletak di daerah Kecamatan Walantaka , Kota Serang-Banten. Danau ini memiliki tempat budidaya ikan.  Kondisi daripada lingkungan disana masih terjaga dengan baik, namun disayangkan tempat ini masih digunakan sebagai tempat untuk mandi cuci kakus (MCK).  Danau ini biasa digunakan sebagai tempat pengairan dan digunakan untuk menampung air saat terjadi kelebihan air / musim penghujan sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada musim kering. Sumber air waduk terutama berasal dari aliran permukaan ditambah dengan air hujan langsung untuk wilayah Walantaka dan sekitarnya.
Praktikum ini bertujuan untuk mengkaji dan mengidentifikasi karakteristik perairan tergenang dengan mengambil sampel secara langsung di Waduk Ciwaka kemudian mengamati  parameter fisika, kimia, dan biologi yang terkandung di waduk tersebur di laborarotium.

METODOLOGI
Waktu dan tempat
Penelitian ini menggunakan metode observasi lapangan dan pengamatan skala laboratorium. Observasi lapangan bertujuan untuk mengamati parameter fisika, kimia dan biologi yang terdapat pada perairan tergenang tersebut serta untuk pengambilan sampel mengenai bentos, perifiton dan plankton untuk diamati di laboratorium. Pengambilan sampel dilaksanakan pada Sabtu, 5 Oktober 2013 pukul 07.00 s.d. 11.00 WIB di Waduk Ciwaka Kabupaten Serang Provinsi Banten. Untuk pengamatan bentos, perifiton dan plankton dilaksanakan pada Jum’at, 11 Oktober 2013 pukul 07.30 s.d 09.15 WIB di Laboratorium Teknologi dan Penanganan Hasil Perairan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Untirta.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan saat pengambilan sampel di lapangan adalah seechi disk, transek kuadrat dari paralon 1 m2, paralon berskala sepanjang 2 m, plastik kemasan, tali rapia, kertas pH, kertas label, pisau, saringan kasar, saringan halus, termometer, ember, botol film, dan spidol permanen. Sedangkan bahan yang digunakan adalah aquades dan alkohol 70%.  Untuk pengamatan di laboratorium alat yang digunakan adalah mikroskop, pipet tetes, kaca objek, dan penggaris.  Transek kuadrat digunakan untuk menentukan sampel wilayah yang akan diamati. Cara penggunaannya adalah dengan mengapungkan transek kuadrat di substasiun yang telah ditentukan. Secchi disk  untuk mengukur kecerahan air, cara penggunaannya ditenggelamkan ke dalam transek kuadrat sampai tidak terlihat dari permukaan. Pipa paralon 3 inci untuk mengukur kedalaman air dan mengambil substrat dan benthos. Cara penggunaannya sedikit berbeda. Pada saat mengukur kedalaman, ujung pipa paralon hanya menyentuh dasar, sementara pada saat pengambilan substrat dan benthos, pipa dibenamkan hingga ada substrat yang masuk ke dalam paralon. Pipa paralon 1 inci untuk membantu pengukuran dan memudahkan secchi disk masuk ke dalam air, digunakan dengan cara memasukkan tali secchi disk ke dalam paralon. Termometer untuk mengukur suhu. Cara penggunaannya dengan mencelupkannya ke dalam air dan melihat skala tanpa mengeluarkannya dari air. Botol film adalah tempat untuk meletakkan organisme kecil yang ditemukan ( plankton, perifiton, dan neuston ). Ember digunakan untuk mengambil sampel air saat pengambilan plankton. Kertas label untuk menuliskan nama organisme yang didapat. Cutter untuk memotong labeldan tali. Serok ikan untuk menangkap nekton dan neuston. Kamera untuk mendokumentasikankegiatan praktikum. Saringan untuk menangkap benthos. Caranya dengan menyaring substrat-substrat yang di peroleh dari pipa paralon 3 inci. Spidol untuk menulis di atas kertas label dan menentukan skala. Indikator pH untuk mengukur pH air dengan cara mencelupkannya ke dalam air dan membandingkananya dengan kertas pH.
Prosedur  Kerja Pengambilan Sampel di Lapangan
Pengambilan sampel di lapangan dilakukan dalam tiga parameter, yaitu parameter fisika, kimia,dan biologi. Semua ini dilakukan dengan cara yang berbeda dan menggunakan alat yang berbeda-beda. Ditinjau dari parameter fisika, warna perairan ini dapat kita lihat dengan visualisasi secara langsung. Kecerahannya dapat dilihat dengan memanfaatkan secchi disc. Secchi disc ini dicelupkan ke dalam air dengan bantuan paralon 1 inch kemudian diamati hingga secchi ini tak lagi terlihat dari permukaan (d1). Setelah itu secchi disc kembali ditarik ke permukaan dan dilihat skalanya saat secchi disc sudah bisa dilihat dari permukaan (d2). Kecerahan didapat dengan mencari nilai rata-rata dari data yang diperoleh. Suhu dapat diukur dengan menggunakan termometer yang dicelupkan ke dalam air. Sementara kedalaman perairan diukur dengan menggunakan paralon ukuran 3 inch yang telah diberi skala. Paralon ini dimasukkan ke dalam air hingga salah satu ujungnya menyentuh dasar perairan, skala pada paralon itulah yang menunjukkan kedalaman air. Sementara ditinjau dari parameter kimia, pH suatu perairan dapat diukur dengan mencelupkan kertas indikator pH kemudian membandingkan warnanya dengan trayek pH. Berbeda halnya dengan data terhadap parameter biologi, pengidentifikasian benthos dilakukan dengan cara membenamkan paralon 3 inch ke dalam air hingga substratnya masuk ke dalam paralon. Saat paralon itu diangkat dan substratnya ditaruh di saringan kasar dan halus, kemudian dicari benthos pada substrat itu. Perifiton dapat kita temukan pada batu atau substrat yang terdapat dalam dasar  perairan. Perifiton ini dapat kita ambil dengan cara mengerik permukaan substrat itu, kemudianmemasukkannya pada botol film. Sementara itu, neuston dapat kita ambil dengan serokan, begitu juga dengan nekton. Bedanya, neuston dapat kita temukan dipermukaan air, sementara nekton berada di dalam air. Plankton dapat kita temukan dengan menyaring air dengan menggunakanember ukuran 10 liter sebanyak 10 kali ke dalam saringan.
Analisis Laboratorium dan Data
Di dalam laboratorium, kami menganalisi data yang didapat dari lapangan. Data tersebut adalah mengenai kandungan plankton, perifiton dan benthos yang ada di Waduk Ciwaka.

HASIL DAN PEMBAHASAN
1.    Parameter Fisika dan Kimia
Berdasarkan hasil praktikum lapangan diketahui bahwa warna dari Waduk Ciwaka yaitu berwarna hijau. Parameter yang lain dilakukan di 3 subterminal. Tiap subterminal memiliki rata-rata suhu 300C, 280C dan 280C dan memiliki kedalaman yang berbeda yaitu 0,75  m, 0,91 m, dan 0,93 m. Kecerahannya juga berbeda yaitu cm, cm, dan cm. Tipe substatnya adalah lumpur lunak. Sementara dari parameter kimia, didapatkan nilai pH untuk perairan Waduk Ciwaka yaitu 7.

 Tabel 1. Parameter Fisika-Kimia Ekosistem Perairan Tergenang Waduk Ciwaka

Parameter
Unit
SubTerminal – 1
SubTerminal - 2
SubTerminal - 3
Fisika
Warna
-
hijau
Hijau-kecoklatan
Hijau-kecoklatan
Suhu
°C
30
28
28
Kedalaman
cm
75
91
101
Kecerahan
-
10
9
5
Tipe Substrat
-
Lumpur
Lumpur
Lumpur
Kimia
pH
ppt
7
7
7

a.    Warna
Dari data di atas diketahui bahwa secara warna merupakan salah satu parameter fisika. Dari datadiperoleh bahwa warna perairan di Waduk Ciwaka tidak berbeda antara subterminal 1 dengan yanglainnya. Hal ini disebabkan pada perairan tergenang, substrat pada dasar perairan tidak banyak yang larut dengan air. Selain itu jarak antara subterminal 1 dengan yang lainnya cukup dekat.Warna perairan dipengaruhi oleh kedalaman. Biasanya, jenis substrat juga mempengaruhi warna perairan. Dipinggir, biasanya berwarna gelap atau keruh, sedangkan di daerah tengah lebih terang.Semakin dalam suatu perairan maka semakin pekat warna perairan (E. P. Odum, 1971). 
b.    Suhu
Selain warna, suhu pada perairan ini juga tidak berbeda diakibatkan cahaya matahari yangmerata pada permukaan sehingga suhu pada terminal itu secara horizontal sama. Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan. Pada perairan yang tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal 1,5 meter  biasanya akan terjadi pelapisan (stratifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaanair lebih tinggi dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Stratifikasi suhu pada kolom air dikelompokkan menjadi tiga yaitu pertama lapisan epilimnion yaitu lapisan sebelah atas perairanyang hangat dengan penurunan suhu relatif kecil (dari 30° C tetap 30° C). Lapisan keduadisebut dengan lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat tajam (dari30° C menjadi 28° C). Lapisan ketiga disebut lapisan hipolimnion yaitu lapisan paling bawah di mana pada lapisan ini perbedaan suhu sangat kecil relatif konstan.(Wibawa,2010)

c.         Kedalaman
       Kedalaman pada perairan ini semakin ke tengah semakin dalam, hal ini disebabkan oleh dasar  perairan yang landai. Menurut Hutabarat dan Evans (1985), kedalaman perairan merupakan petunjuk keberadaan parameter oseanografi. Intensitas cahaya matahari akan berkurang secara  cepat dan akan menghilang pada kedalaman tertentu, begitu pula temperatur dan kandungan oksigen terlarut semakin berkurang pada kedalaman tertentu sampai dasar perairan.
d.        Kecerahan
       Menurut Odum (1971), kecerahan air adalah bentuk pencerminan daya tembus atau intensitascahaya yang masuk dalam perairan. Kecerahan perairan juga dapat ditentukan karena adanyafitoplankton atau tumbuhan air lainnya yang terdapat dalam perairan. Kecerahan air dapat diukur apabila kedalaman tembus cahaya matahari ke dalam kolam minimum 40 cm. Pengukuran kecerahan dapat digunakan untuk menentukan besarnya produktifitas primer dalam perairan. Dari pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan Secchi disk ,maka perairan di Waduk Ciwaka memiliki kecerahan yang cukup baik. Dari ketiga subterminal ini, yang memliki kecerahan yang lebih baik adalah subterminal 1 karena pada saat itu gerak kami belum terlalu banyak sehingga tidak terlalu menyebabkan kekeruhan.
e.         pH
  Secara parameter kimia, kita mengukur nilai pH dari periran Waduk Ciwaka. Dengan menggunakan kertas indikator pH, kita mendapatkan nilai pH dari perairan ini adalah 7.  pH merupakan parameter kimia yang menunjukan  derajat keasaman dari suatu perairan dimana biota air dapat hidup didalamnya, pH yang ideal berkisar antar 6,5-8,5 dimana setiap organisme air memiliki toleransi pH yang berbeda. Larutan atau air dikatakan asam jika pH-nya< 7, dikatakan basa jika pH-nya > 7, sedangkan jika pH-nya = 7 maka larutan tersebut dikatakanseimbang (Purba, 1994)..
2.    Parameter Biologi
a.      Plankton
            Dari analisis di laboratorium, kami dapat mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang terdapat pada sampel yang kami bawa dari perairan Waduk Ciwaka. Jenis plankton yang  ditemukan adalah Rhizoselenia.
b.      Benthos
            Pada saat pengambilan sampel di lapangan, kami menemukan benthos pada subterminal 1 berupa kijing dengan panjang 7,5 cm dan lebar 3,4 cm. Bentos adalah organisme yang hidup di dasar laut atau sungai baik yang menempel pada pasir maupun lumpur. Beberapa contoh bentos antara lain kerang, bulu babi, bintang laut, cambuk laut, terumbu karang dan lain-lain. Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. karena hewan bentos terus menerus terbawa oleh air yang kualitasnya berubah-ubah. bentos juga dapat digunakan sebagai indikator biologis dalam mempelajari ekosistem danau. (Suwondo, 2004). Kijing air tawar (Pilsbryoconcha exilis) adalah salah satu kijing yang dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pangan dari hasil perairan. Kijing ini banyak ditemukan di danau dan perairan tawar lainnya.  Klasifikasi kijing (Pilsbryoconcha exilis)
Filum               : Moluska
Kelas               : Bivalvia (Pelecypoda)
Ordo                : Eulamellibranchiata
Sub Ordo        : Integripalliata
Famili              : Unionidae
Genus              : Pilsbryoconcha
Spesies            : Pilsbryoconcha exilis
c.       Perifiton
             Untuk parameter biologi perifiton tidak ditemukan karena terjadi kesalahpahaman antara praktikan dan aslab. Namun, untuk jenis perifiton yang umumnya berada pada perairan tergenang adalah Navicula Sp, Cuspidothrix Sp, Triceratium favus,  Pleurosigma angulatum, Coscinodiscus Sp, Cocconeis Sp, dan Ditylum brightwellii.








KESIMPULAN
             Berdasarkan praktikum lapangan dan pengamatan laboratorium yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Waduk Ciwaka merupakan salah satu ekosistem perairan tergenang yang tergolong baik karena mengandung plankton yang berguna sebagai katalisator rantai makanan, dan juga parameter fisika, kimia dan parameter biologi yang lainnya yang berguna untuk keberlangsungan biota yang ada di dalamnya.  

SARAN
             Untuk praktikum selanjutnya diharapkan terjalin komunikasi yang baik antara praktikan dan asisten sehingga tidak terjadi kesalahpahaman mengenai target yang hendak dicapai dalam praktikum tersebut dan juga harus ada persiapan yang lebih matang lagi baik mengenai pemahaman materi maupun penggunaan alat praktikum baik dari asisten maupun dari praktikan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Arfiati, Diana. 2009. Strategi Peningkatan Kualitas Sumberdaya pada Ekosistem Perairan Tawar. Universitas Brawijaya : Malang.
Brotowidjoyo, M. D, Djoko T. dan Eko M. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Liberty: Yogyakarta.
Dewiyanti, Irma. 2012. Keragaman jenis dan persen penutupan tumbuhan air di ekosistem Danau Laut  Tawar, Takengon, Provinsi Aceh. Depik, 1(2): 125-130.
Manu, G., M. Baroleh, A. Kambey, 2010, Studi Pitoplankton di danau Tondano Propinsi Sulawesi Utara, Jurnal Perikanan dan kelautan Vol VI (1) : 13-17.
Panjaitan, P., 2009, Kajian Potensi Pencemaran Keramba Jaring Apung PT. Aquafarm Nusantara di Ekosistem Perairan Danau Toba, VISI 17 (3) 290 – 300.
Priadie, B., 2012, Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatif dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air,  Jurnal Ilmu Lingkungan Volume 10 (1): 38-48.
Rakhmanda, Andhika, 2011, Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta, Jurnal Ekologi Perairan No. 1: 1-7.
Sulastri,   Suryono,  T.,  Sudarso, Y., & Rosidah,  2010,  Pengembangan Kriteria Status Ekologis Danau-Danau Kecil di Pulau Jawa, Limnotek 17 (1) : 58-70.
Syafei, Lenny  S., 2005, Penebaran Ikan Untuk Pelestarian Sumberdaya Perikanan [Fish  Restocking  fo  Sustaining  Fisheries  Resources], Jurnal Ikhtiologi Indonesia  Vol. 5 No. 2.
Tinar Simanjutak, T., Nurdin, S., & Yuliati, 2012, Jenis dan Kelimpahan Perifiton di Perairan Waduk PLTA Koto Panjang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau, Vol 1: 1-11.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar