Minggu, 05 Mei 2013

Curhatan untuk Bu Gubernur

Pagi itu saya bersiap bersama seorang sahabat untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan sepeda motor dari Serang menuju Pandeglang. pagi yang cerah nan indah. udara segar menyapa dan mengisi tiap detik nadi kehidupan. di perjalanan entah kenapa saya tidak bisa untuk tidak mengkritik tiap sudut jalan yang mata saya tangkap. terutama mengani infrastruktur yang ada di kota Serang, pusat pemerintahan Provinsi Banten. Jadi, begini. ini hanyalah sepucuk doa atau harapan yang saya pinta semoga terkabul dan Banten menjadi lebh baik.
Bu, saya hanyalah seorang perantau. yang tumbuh besar di tanah yang ibu pimpin.
saya tak begitu cinta dengan tanah gersang itu, hingga akhirnya saya melihat tanah subur yang begitu indah.
Bu, saya tidak menyalahkan smeua keburukan yang terjadi pada Ibu.
namun, yang saya tau, 5 tahun lebih Ibu berkuasa tidak ada perubahan yang merata dan signifikan yang terjadi di Provinsi yang kaya akan sumber daya alam, indahnya budaya, megahnya pesona pantainya dan kini satu-satunya tanah dunia yang Badak bercula satu di ujung kulon sana.
bu, terkadang terlintas dipikiran saya, "pernahkah ibu mengunjungi Kota Pandeglang?" (tapi saya dengar kemaren ibu ke Pandeglang untuk peresmian MTQ yah? mungkin jalan kita berbeda) atau "lewat mana yah rute yang dilalui Ibu Gubernur jika hendak mennuju KP3B?" kenapa pertanyaan-pertanyaan itu ada? karena saya melihat akses jalan yang buruk ketika melewati jalan jika hendak menuju Pandeglang. begitupun jika saya hendak pergi ke Bogor mengendarai sepeda motor. Banyak infrastruktur yang jauh dari layak di sekitar Petir, Pandeglang, Rangkasbitung dan jalan-jalan lain yang sejatinya merupakan satu-satunya jalan utama untuk melakukan perjalanan. sebenarnya, terkadang saya juga bertanya "apakah ibu pernah mengunjungi terminal pakupatan yang ada di Serang?" kenapa? karena terminal itu hanya beberapa meter jauhnya dari kampus saya, bahkan terkadang seolah terminal itu telah beralih lahan menjadi tepat di depan gerbang kampus saya bu. sebenarnya bukan itu yang saya permasalahkan melainkan keadaan terminal itu sendiri. terminal provinsi yang merupakan pusat dari semua terminal di provinsi namun tingkat kelayakan dan fasilitasnya sangat minim. mushola terkesan agak 'kumuh' dan yang paling utama disana tidak ada tempat sampah. saya tidak bohong. sudah berkali-kali saya mengelilingi terminal itu dan yang saya lihat hanyalah sampah yang berserakan dimana-mana karena disana tidak ada tempat sampah. saya tak hanya asal bicara kok Bu. saya tanyakan mengenai problem sampah itu kepada para pedagang asongan yang tiap hari ya berjuang disitu. Bu, saya tidak begitu mengenal Ibu, bahkan saya tidak tahu mengenai keluarga Chosiyah yang katanya sangat luar biasa itu. saya tau saya hanya perantau kecil yang akhirnya jatuh cinta pada tanah surga yang begitu mengkhawatirkan ini. tak banyak pinta saya Bu, hanya lebih pedulilah pada kami -orang biasa- yang sejatinya membutuhkan perhatian dan tangan ikhlas untuk membantu dari orang-orang berkelas dan wakil-wakil rakyat yang bijak seperti Ibu. mungkin ini sedikit keluh kesah saya. karena jika saya harus berdiri di hadapan para demonstran yang menuntut Ibu untuk lengser dari jabatan, saya rasa itu hanya membuang tenaga karena toh Ibu tidak pernah mendengar keluhan kami, kaum miskin teraniaya. semoga Ibu tidak tersinggung dengan tatanan bahasa yang memiliki makna dari saya ini. Saya bangga jadi satu yang mencinta Banten Bu. Selamat juga atas terpilihnya penerima pengahrgaan KP3 itu, duh saya lupa pastinya Bu. Semoga Banten Lebih Baik lagi, dan nggak usah deh capek-capek para mahasiswa ngedemo Ibu untuk turun jabatan lagi. Ya, Semogaa :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar